MENANGKAL KRISTENISASI SEJAK DINI

>> Minggu, 03 Oktober 2010

MENANGKAL KRISTENISASI SEJAK DINI
Written by Shodiq Ramadhan from Suara Islam
Sunday, 16 May 2010 18:28 -

Di Barat, Islam dikenal sebagai “The Fastest Growing Religion in the World”.  Ironisnya di
Indonesia, jumlah umat Islam sekitar 92% (tahun 1960) menurun menjadi 75% (tahun 2000).
Tidak hanya kuantitas, kualitasnya pun menurun. Wilayah Muslim yang dikenal kuat seperti
Aceh, Sumatera Barat, Betawi, Jawa Barat, Kalsel, bisa ditemukan satu desa yang sudah
murtad semua. Busana yang mengumbar aurat, pergaulan bebas, minuman keras merajalela.
Kristenisasi terus berlangsung hingga hari ini dengan modus operandi yang semakin canggih.
Mulai dari metode D3 -- dipacari, dihamili, lalu dikristenkan; acara Festival; beasiswa; natalan
bersama dengan menggunakan atribut Islam; memberikan uang dan modal dengan system
rentenir; metode jin dan hipnotis; sulap; kasus kesurupan yang dilakukan oleh Sekte Jehova;
penculikan dan perkosaan; qasidah Nasrani; kaligrafi terjemahan bahasa Arab dari Injil;
mencetak Al-Qur'an palsu dengan menyelipkan ayat-ayat Injil; membuat injil dalam bahasa
daerah yang mayoritas beragama Islam;  diajak bernyanyi lagu gereja, memberikan doktrin
Kristen, membagikan Injil, brosur, komik, uang, sembako, selimut dan tenda, bahkan dibuatkan
rumah permanen bagi yang mau menukar akidahnya secara terang-terangan di wilayah
bencana.

Strategi pemurtadan bisa juga terjadi akibat sistem pinjaman luar negeri yang menimbulkan
kemiskinan.  Aset-aset ekonomi bangsa dijual untuk membayar utang sehingga
menyengsarakan masyarakat dan dengan mudah dapat dihasut untuk pindah agama.
Kristenisasi memakai rumus memakan bubur panas, yang pertama dimakan adalah bagian
pinggirnya lalu menyebar ke tengah hingga akhirnya habis. Kristenisasi dimulai dari pinggiran
kota lalu kemudian ke pusat kota. Provinsi di luar Pulau Jawa yang masih terbelakang
merupakan sasaran empuk kristenisasi.

  • Solusi Pemurtadan
Tindakan pemutadan merupakan tujuan dari segala bentuk aktivitas orang-orang kafir
terhadap kaum muslimin. Allah Swt berfirman:
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu
dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di
antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia
amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya". (QS. Al Baqarah [02]: 217)

Negara harusnya menjaga akidah umat Islam dengan mencegah terjadinya pemurtadan. SKB
Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1979 Tentang Tatacara
Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri Kepada Lembaga Keagamaan di
Indonesia harus dikontrol dengan ketat.

LSM-LSM asing maupun dalam negeri yang melakukan kegiatan pemurtadan berselubung
bantuan kemanusiaan harus segera menghentikan aktivitasnya dan keluar dari lokasi bencana.
LSM-LSM Muslim dan para ulama merapatkan barisan untuk melindungi umat.
Konsentrasi dakwah jangan hanya di masjid atau di pesantren, tetapi juga di tempat umum.
Jaringan dakwah dan jaringan informasi antar umat Islam sendiri harus diperkuat dan
ditingkatkan.  Da’i harus mampu menjelaskan hal-hal yang sesat dan menyimpang dari ajaran
Islam kepada umat

  • Pengokohan Aqidah
Akidah adalah fondasi peradaban Islam, jadi harus ditanamkan sejak dini. Menanamkan
aqidah ke dalam hati dan pikiran anak-anak butuh waktu dan kesabaran. Alhamdulillah, banyak
buku, nasyid dan VCD tentang akidah untuk anak.
Target penanaman aqidah adalah anak bisa memahami bahwa aqidah Islam berbeda dengan
agama atau ideologi lain.  Aqidah Islam adalah aqidah ruhiyah dan aqidah siyasiyah. Akidah
ruhiah berkaitan tentang pemeliha¬raan urusan akherat, seperti kiamat, pahala, siksa, ibadah,
peringatan, petunjuk, adzab dan pahala Allah.  Akidah siyasiyah berkaitan tentang
pemeliharaan urusan dunia baik di bidang  ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan,
hukum.

Langkah-langkah pengokohan aqidah umat sebagai berikut:
1.  Bangga menjadi muslim
Anak merasa bangga dan berani menunjukkan identitasnya sebagai seorang Muslim, “Isyhadu
bi anna muslimun.” Saksikanlah bahwa aku seorang Muslim!”. Anak dibiasakan memperlihatkan
identitas Muslimnya, baik penampilan, perbuatan, perkataan, dan cara berpikir.

2. Tanamkan bahwa al-Quran dan Hadits adalah sumber kebenaran sebagai bukti kecintaan
kepada Allah dan Rasul. Rasulullah saw. bersabda: ”Siapa yang mempelajari al-Quran ketika
masih muda, maka al-Quran itu akan menyatu dengan daging dan darahnya. Siapa yang
mempelajarinya ketika dewasa, sedangkan ilmu itu akan lepas darinya dan tidak melekat pada
dirinya, maka ia mendapatkan pahala dua kali”.  Aqidah Islam menjadikan halal dan haram
sebagai pandangan hidup muslim.  Metode operasional untuk merea¬lisasikan pandangan
halal-haram dengan keterikatan terhadap hukum syara'. Anak melihat realisasi al-Quran dan
hadits dalam bentuk keteladanan dari perilaku orangtua.

3.   Menuntut ilmu dengan metode Islam.
Anak mempelajari sesuatu dengan mendalam hingga paham, lalu meyakini ilmu sehingga
menjadi landasan untuk berbuat, dan mempelajari sesuatu secara praktis bukan teoretis untuk
menyelesaikan masalah. Terutama Ilmu berlandaskan aqidah Islam

4. Memilih guru dan sekolah yang baik bagi anak.
Orangtua adalah guru pertama dan utama. Guru adalah sumber pengambilan ilmu dan
menjadi cermin yang membekas dalam jiwa dan pikiran anak. Guru yang baik adalah cerdas
dan paham agama, membina akhlak, cakap mengatur anak, jauh dari sifat ringan tangan,
dengki, dan tidak kasar.  Anak meniru akhlak, gerak-gerik, adab dan kebiasaan gurunya
melebihi yang diambil dari orangtuanya sendiri. Sekolah yang baik tidak mengajarkan hal yang
bertentangan dan merusak akidah.

5. Mengajari anak memuliakan ulama.
Rasulullah saw. bersabda: “Ada tiga manusia, tidak ada yang meremehkan mereka kecuali
orang munafik. Mereka adalah orangtua, ulama, dan pemimpin yang adil”.
Ulama adalah pewaris para nabi. Anak diajarkan untuk memuliakan, menghormati, bersikap
santun dan lembut dengan mereka. Rasulullah saw bersabda: “Luqman berkata kepada
putranya, “Wahai anakku, engkau harus duduk dekat dengan ulama. Dengarkanlah perkataan
para ahli hikmah, karena sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati dengan cahaya
hikmah, sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang mati dengan hujan deras.”

6. Membiasakan seluruh keluarga membaca dan menghapal ayat-ayat al-Quran dan Hadis
Nabi saw.
Setiap kali ada yang khatam Quran, semua anggota keluarga berkumpul dan berdoa untuk
kebaikan mereka. Setiap hari ada ayat Qur’an dan hadits yang dihafal.

7. Membuat perpustakaan rumah, sekalipun sederhana.
Anak terkondisi selalu dekat dengan ilmu dan bersahabat dengan buku; seperti sejarah Islam,
biografi Salafus Shâlih, akhlak, hikmah, kisah perjalanan para ulama ke berbagai negeri,
kisah-kisah penaklukan berbagai negeri, dll”

8. Mengajak anak menghadiri majelis kaum dewasa.
Nabi saw biasa menghadiri pertemuan para pemuka kaum bersama paman-pamannya.
Majelis orang dewasa membuat akal anak meningkat, jiwanya terdidik, semangat dan
kecintaannya kepada ilmu semakin kuat, wawasannya menjadi luas serta dapat menyerap
semangat perjuangan.

9. Membuat lingkungan yang sejalan dengan nilai-nilai Islam yang ditanamkan di rumah.
Membentuk pengkajian Islam untuk anak-anak, para ibu, para bapak, dan para remaja.
Shalat berjama'ah di sekolah atau di mushala dekat rumah.

10. Orangtua terus meningkatkan pemahaman keislaman dan kemampuan mendidik anak.

11. Waspadai program sekulerisasi, liberalisasi dan pluralisme (sepilis).
MUI sudah mengharamkan sepilis karena merusak aqidah dan berlepas diri dari syariah.

12. Selektif terhadap budaya yang diimpor dari Barat
Rasulullah bersabda:“Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut
”.

13. Pahami kewajiban berdakwah
Anak memahami tugas dalam hidupnya untuk menyampaikan serta mengajak orang lain pada
kebenaran.

Khatimah
Didiklah anak-anak kita dengan menjaga fitrah tauhidnya, sehingga tidak mudah dimurtadkan
bahkan menjadi para pejuang Islam. Amiin. (Ummu Hafizh)

0 komentar: