AKKBB, MENGABDI UNTUK AMERIKA

>> Rabu, 15 Oktober 2008

Amerika begitu sigap dalam insiden Monas. Ada apa? Bukankah itu hanya masalah kecil antar anggota masyarakat? Ternyata, AKKBB adalah motor penggerak perubahan di Indonesia menuju Indonesia yang dikangkangi Amerika.

Sebuah comment menarik muncul di blog Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). Comment tertanggal 13/6 (12.06) itu berasal dari seorang yang mengaku dirinya aktivis AKKBB. Bunyinya:”Terserah kalian mau bilang apa tentang AKKBB, mau di fatwa haram juga terserah... Yang jelas kami membela aliran kepercayaan apapun itu namanya, kalaupun ada yang menyembah batu itu adalah sohib kami... Asal kalian tau FPI... Yang sering merusak tempat hiburan, dan lokalisasi wts..., tempat judi, apa yang kalian lakukan salah..., wajar jika mereka semua itu dukung kami dan benci kalian semua, karena rumah tempat mangkal mereka kalian obrak-abrik. Kami merangkul mereka semua...Kami mendukung liberalisme di Indonesia, walaupun majelis ulama mengharamkannya, kami tetap percaya itu yang benar, walaupun mayoritas ummat Islam menolaknya. Kami mendukung Ahmadiyah, Lia Eden, dan semua organisasi yang di fatwa haram sama MUI, termasuk Ahmad Musadeq sang rasul baru, apa salahnya mereka, ini kan negara demokrasi. Saya bangga jadi aktivis AKKBB walaupun banyak yang membencinya.” Komentar tersebut muncul di tengah serangan pemberi komentar lain yang menyudutkan mereka.

Pernyataan satu aktivis AKKBB itu merupakan gambaran sebenarnya seperti apa 'ideologi' yang diusung oleh aliansi ini. Aliansi ini seolah tak peduli dengan kebenaran yang diperjuangkan oleh kalangan Islam. Bagi mereka, yang penting membela yang tertindas, yang minoritas, tapi bukan Islam. Pembelaanya didasari semangat hak asasi manusia (HAM) sesuai kacamata Bara. Bagi mereka, tidak ada tempat bagi Islam untuk dibela. Justru Islamlah yang dimusuhi.

Munculnya AKKBB ini sebenarnya sudah lama. Aliansi ini menetas ketika ulang tahun Gus Dur ke-65 pada Agustus 2005. Saat itu berkumpul berbagai tokoh lintas agama. Dalam perbincangan itulah lahir Petisi Warga Negara Indonesia. Salah satu isinya adalah menetang fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan kesesatan Ahmadiyah. Petisi itu dibacakan Ulil Abshar Abdalla. Acara kongkow-kongkow itu pun diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin para tokoh agama secara bergantian. Sejak itulah AKKBB getol membela Ahmadiyah.

Nama aliansi ini kian mencuat ketika terjadi insiden Monas. Mereka memprovokasi umat Islam yang sedang mengadakan unjuk rasa menolak kenaikan BBM di depan Istana. Tanpa menghiraukan peringatan polisi, kelompok ini masuk ke areal Tugu Monas yang jaraknya 200 meter dari depan Istana. Mereka meneriakkan kata-kata kasar”Laskar Kafir, Laskar Setan” sehingga menyulut spontanitas Laskar Islam untuk menghentikan perilaku tak beradab tersebut. Kericuhan pun tak terhindarkan.

AKKBB merupakan aliansi cair dari sekitar 70 lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan ormas. Termasuk di dalamnya Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI). Pantas jika mereka membela Ahmadiyah habis-habisan. Aliansi ini didukung oleh tokoh-tokoh umat Islam seperti Amien Rais, Syafe'i Ma'arif dan kebanyakan tokoh-tokoh liberal seperti Goenawan Mohamad, Gus Dur, Adnan Buyung Nasution, Syafei Anwar, Musdah Mulia, Azyumardi Azra, Ulil Abshar Abdalla, dan lainnya. Mereka inilah yang selama ini dikenal dekat dengan Barat (Amerika dan Sekutunya) karena sebagian 'produk' Barat dan pernah mencicipi kue barat. Kalangan non Muslim seperti Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) pun nimbrung di dalamnya.

MISI UTAMA AMERIKA

Misi itu adalah liberalisasi Indonesia pada semua sektor. Hampir semua tokoh reformasi masuk ke dalam AKKBB ini, sehingga sebenarnya mereka pula yang menjadikan Indonesia carut marut seperti sekarang. Merekalah yang merusak Indonesia dan membahayakan kesatuan nasional. Panglima Komando Laskar Islam, Munarman mengungkapkan, sebagian anggota AKKBB punya sejarah memecah Indonesia. Mereka dulu bergabung dalam Solidamor (Solidaritas untuk Timor Timur). Melalui Solidamor itulah, mereka mendukung kemerdekaan Timor Timur sehingga terpisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Harian New York Times menulis, Amerika mengucurkan dana sebesar $26 juta sejak 1995-1997 kepada Adnan Buyung Nasution. Perubahan sistem kenegaraan juga didanai sepenuhnya oleh Amerika melalui USAID. Pengamat Intelijen Wawan Purwanto mengatakan, Barat tidak menginginkan Islam Indonesia bangkit menjadi sebuah kekuatan besar. “Kalau umat Islam Indonesia bersatu, wah itu power full dan luar biasa. Itu yang tidak diinginkan, karena Indonesia itu adalah barometer Islam di dunia saat ini,”katanya.

Setelah berhasil mengobrak-abrik sistem politik, tokoh-tokoh dalam AKKBB ini pun sukses menggiring ekonomi Indonesia ke arah liberal. Bumi, air, dan kekayaan alam Indonesia tidak lagi dikuasai oleh negara untuk kesejahteraan rakyat tapi kini boleh dikuasai oleh asing. Bahkan yang lebih gila lagi, asing boleh menguasai hak guna usaha sepanjang 95 tahun. Bandingkan ini dengan VOC yang hanya memberi batas 75 tahun. Dengan liberalisasi ekonomi ini, bangsa Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi produk-produk asing. Kekayaan Indonesia akan mengalir ke Amerika dan asing lainnya tanpa ada hambatan.

Pembelaan terhadap Ahmadiyah, tidak bisa dilepaskan dari misi liberalisasi agama. AKKBB mencoba mendorong proses ini agar Islam tidak lagi menjadi acuan dan dipegang erat oleh umat Islam. Fakta pun menunjukkan bahwa Ahmadiyah adalah bentukan dari negara Inggris untuk menghancurkan perlawanan Islam kepada penjajah. Barat mencoba merusak Islam dari dalam, karena merusak Islam dari luar sulit dilakukan.

Dukungan terhadap pembelaan Ahmadiyah oleh AKKBB terlihat jelas. Begitu ada korban yang diobati di RS Gatot Subroto, Kedutaan Besar AS di Jakarta terlihat sibuk bukan main. John Heffern, kuasa usahanya, sibuk mengunjungi korba AKKBB di RS Gatot Subroto. Keesokan harinya, Kedubes mengirimkan pernyataan resmi ke media massa mengutuk aksi kekerasan monas. Bahkan, kabarnya hanya dua jam setelah kejadian monas, ada agen CIA yang datang ke Istana dengan membawa bukti-bukti peristiwa. Inilah yang kemudian membuat SBY menggelar jumpa pers dan menyatakan negara tidak boleh kalah. Mengapa Amerika begitu pedulinya dengan orang-orang yang hanya luka ringan jika tidak punya hubungan khusus dengan orang-orang tersebut?

emang sih, nih berita agak sedikit basi, tapi misteri dibaliknya masih belum terkuak secara menyeluruh... i though
(Dikutip dari koran SUARA ISLAM edisi 46)

0 komentar: